..secuil tentang sayaa..

Foto saya
hoooi, nama saya Aisha L. Tamara Jinki Setiawan Yong Dae, tp cukup panggil saya tamie. el juga boleh, ONEW apalagi, hehe. pecinta sepakbola, badminton, korea, novel, musik, SBY, daan segala sesuatu yg asik, seru, serta menyenangkan. yup, sekian ^^

..baca..

..baca..
Aerial by Sitta Karina

..ngupingin..

..ngupingin..
Ring Ding Dong by SHINee

24 Oktober 2009

~~My 1st Roman Fiction Story~~

Hooi ^^ Ane muncul lagi, huehehehe. Kali ini mah mau berbagi draft story-story-an ajalah, ketimbang nggak ada bahan. Kan kasian ini blog bulukan tanpa berita dan kabar yang jelas..
Mian kalo jelek, mian kalo tidak memuaskan karena motto saya 'yang penting saya puas. anda tidak puas ya terserah'. Mian kalo jalan ceritanya kurang greget. Mian kalo kepanjangan, mian kalo saya lupa meneruskan cerita ini, HUAHAHAHA
=reader: huuuu! *gaplok author pake tomat*=
=author: heh! kurang ajar lo semua! *ngumpet di punggung onew*=
Oke, let's begin!
***

If I Can... (Part 1)


Awal Februari 2006...
"Kapan aku pernah bilang padamu bahwa aku memiliki perasaan untukmu!?" bentak Rae-Ri kasar sambil merenggut ranselnya dan melangkah lebar-lebar. Ia mendorong bahu Hyun-In dengan kasar hingga gadis itu nyaris terpelanting dengan jarak sejuta mil ke planet Uranus *halah*.
Hyun-In tertunduk. Malu, tak enak hati, sekaligus sakit. Ternyata seluruh curahan perhatiannya pada Rae-Ri selama ini sia-sia belaka. Semua harapan yang dirajutnya untuk pemuda tampan pujaan sejuta umat ini kandas begitu saja. Apa yang telah ia lakukan untuk Rae-Ri tak berarti lebih dari sekedar onggokan sampah di pojok ruangan.

"Setelah semua yang telah aku lakukan untukmu..." desis Hyun-In pasrah. Rae-Ri menghentikan langkahnya, berbalik dan kedua lengan kekarnya mencengkram bahu Hyun-In kuat-kuat, memaksa gadis itu menatap mata elangnya. "Perhitungan sekali kau!" bentaknya menggelegar. "Lalu apa maumu?! Memintaku mengembalikan semua jasa-jasamu? Cih! Dengar ya, Song Hyun-In," Rae-Ri mengangkat wajah Hyun-In dan menatap luruuuuuuus selurus jalan tol ke dalam mata bening Hyun-In. "Kau telah melakukan kesalahan besar dalam mengartikan perilakuku padamu! Aku sama sekali tak memiliki perasaan padamu dan tak akan pernah sampai kapanpun! Aku bersikap baik padamu hanya sebagai teman, atau lebih tepatnya aku memanfaatkanmu!! Jelas?! Aku memanfaatkanmu! Jadi sekarang pergilah dari kehidupanku karena aku tak membutuhkanmu lagi!!"

Hyun-In terperanjat mendengarnya. Jantungnya serasa mencelat dan pergi entah kemana. Hatinya hancur berkeping-keping, runtuh tanpa sisa. Ja.. Jadi? batinnya meronta mendengar penjelasan Rae-Ri. Ya Tuhan.. Pemuda yang setengah mati membuatku jatuh cinta ternyata.. Begini pembalasannya?

Hyun-In berlari meninggalkan Rae-Ri dengan beruraian air mata. Sakit.. Jiwa Hyun-In seolah terbang bersamaan dengan serpihan hatinya. Ia seperti sudah tidak punya nyawa.

"Pergi sana," ujar Rae-Ri culas lalu membenahi kerah jaketnya. Ia berjalan pergi tanpa perasaan bersalah sama sekali.
***

Seminggu kemudian...
Sudah tujuh hari ini Hyun-In seperti mayat hidup. Ia berkegiatan tanpa gairah, tanpa semangat. Padahal, siapapun tahu Hyun-In adalah tipe pekerja keras yang pantang menyerah. Hal ini membuat Hye-Soo, sohib Hyun-In sejak SD khawatir setengah mati.

"Hyun-In, kau yakin mau pulang sendiri?" tanya Hye-Soo khawatir. Hyun-In mengangguk tanpa ekspresi. "Aku ingin sendirian. Aku ingin menelan masalah ini sendiri tanpa melibatkan kalian. Gamsahae untuk bantuanmu dan Hye-Jin, tapi sungguh, aku benar-benar ingin sendiri.."

Lalu tanpa dikomando lagi, Hyun-In segera berjalan--setengah berlari--meninggalkan Hye-Soo. "Hei, Hyun-In!" seru Hye-Soo dan berniat mengejar tapi langkahnya terhenti saat sebuah tepukan pelan mendarat di bahunya. "Hye-Soo, sudahlah. Dia memang butuh waktu untuk sendirian," kata Hye-Jin, kekasih Hye-Soo *ciyeee!* lembut. Hye-Soo mendesah pasrah. "Baik, kita pulang sekarang. Nanti sore kita ke apartemen Hyun-In, ya?"
Hye-Jin mengangguk sambil mengelus kepala Hye-Soo. Keduanya lalu berjalan ke arah parkiran sekolah dan Hye-Jin bersiap menyalakan motornya.
=author: hh.. mereka romantis sekali..=
=reader: jyaaaa, author lebay!=
***

Hyun-In berjalan sambil menunduk. Luka besar di relung hatinya masih menganga lebar dan terus menerus mengeluarkan darah. Kejadian itu sudah berlalu tujuh hari, tapi rasanya baru saja terjadi. Percuma saja berusaha melupakan Rae-Ri karena sekuat apapun ia berusaha, hanya air matanya yang menjawab. If I can... batin Hyun-In merana.

Kaki Hyun-In melangkah terseret saat menyebrangi jalan besar di depan sekolahnya. Baru saja beberapa langkah ia berjalan...
"HYUN-IN!! AWAAAAAAAS!" terdengar teriakan panik Hye-Soo dari kejauhan. Hyun-In menoleh ke arah sahabatnya dan feelingnya mengatakan sesuatu yang buruk. Ketika kepalanya bergerak ke kanan... sebuah mobil Ferrari merah mengilat menubruknya tanpa ampun dan melempar tubuhnya hingga dua ratus meter dari tempatnya berdiri. Kepala Hyun-In terbentur keras di trotoar. Darah segar mengalir dari kepalanya. Hanya beberapa detik setelahnya, Hyun-In tak sadarkan diri.

"HYUN-IN!" jerit Hye-Soo histeris. Ia melihat dengan jelas bagaimana mobil bagus (tapi sialan) itu menabrak sahabat baiknya. Ia berlari menghampiri Hyun-In dan menangis terisak sambil mengguncang-guncang tubuh sahabatnya itu. "Hyun-In! Demi Tuhan, bangunlah, Hyun-In! Hyun-In!"
"Hye-Soo, sekarang kita harus membawanya ke rumah sakit, berhentilah menangisinya! Dia bisa kehabisan darah!" Hye-Jin berusaha menenangkan Hye-Soo.
"Panggil pengendara bodoh yang menabrak Hyun-In! Aku harus membuat perhitungan dengannya!" geram Hye-Soo. Hye-Jin mundur teratur dan bergegas memaksa pengendara Ferarri merah tadi turun.
"Mi.. Mianhae! Jeongmal mianhae! Aku.. sumpah, aku tidak sengaja!" seorang pemuda yang usianya kira-kira tak jauh dari Hye-Soo dan Hye-Jin membungkuk-bungkuk minta maaf. Dari wajahnya yang juga pias, Hye-Soo tahu dia benar-benar tidak sengaja.
"Bawa dia ke mobilku, kita bawa ke rumah sakit sekarang! Aku yang tanggung semua biaya perawatannya!" ujarnya dan tanpa menunggu jawaban ia segera membopong tubuh langsing Hyun-In ke kursi belakang mobilnya.
***

Di rumah sakit...
Hyun-In kritis. Keadaannya buruk setelah kehilangan begitu banyak darah dan luka parah di kepalanya yang kata dokter berpusat di salah satu syarafnya. "Bisa bertahan hidup saja sudah bagus..." kata-kata dokter itu membayangi benak Hye-Soo. Tanpa terasa air matanya kembali mengalir. Ia hanya punya satu harapan tersisa.

"Dia tidak mau dan tidak peduli," dengus Hye-Jin sambil membanting flap ponselnya. "Hye-Soo sayang, kenapa sih kau begitu memaksakan diri untuk memberitahu Rae-Ri? Walaupun aku teman seprofesinya, bukan berarti dia mau mendengar perkataanku!"
Hye-Soo menarik nafas panjang. "Setidaknya kalau ada Rae-Ri, Hyun-In memiliki semangat untuk terus hidup.."
Hye-Jin menghembuskan nafas berat, lalu memeluk kekasihnya yang mulai meneteskan air mata itu. "Saranku, kalau nanti Hyun-In sadar, lebih baik kau jangan membahas Rae-Ri. Bantu dia melupakan Rae-Ri. Kalau perlu, selamanya! Terus berada dalam bayang-bayang Rae-Ri bukan hal yang bagus untuk sahabatmu. Kasihan dia, aku tak tega melihat dia dicampakkan Rae-Ri.."
Hye-Soo terperangah. "M.. Mwo? Bagaimana caraku melakukannya? Hyun-In kan cinta mati sama Rae-Ri, aku tak mungkin membuatnya melupakan Rae-Ri begitu saja!"
"Gunakan cara apa saja! Kau sebagai sahabatnya tentu tahu apa yang harus kau lakukan. Satu lagi, bawa dia jauh-jauh dari Korea. Tidak apa-apa kalau aku harus sendirian disini. Asal kita bisa menjaga komunikasi, aku tidak keberatan.."

Hye-Soo semakin terperangah mendengarnya. "Hye-Jin, kau sadar tidak sih pada apa yang kau katakan!?" tanyanya gusar. Hye-Jin mengangguk mantap. "Hye-Soo, tadi orangtua Hyun-In memberikan dan dua beasiswa SMA di Paris. Kata orangtuanya, Hyun-In bisa menjalani perawatan di Paris sekalian menyelesaikan SMA. Aku pikir, kau memang paling pantas ada disana karena kau adalah sahabat perempuan Hyun-In dan kau juga sangat ingin sekolah di Paris, benar kan?"
"Ta.. Tapi..."
"Ssst," Hye-Jin meletakkan telunjuknya di bibir Hye-Soo. "Sudah, lakukan saja. Ini jalan terbaik,"

Tiga hari kemudian Hyun-In dan Hye-Soo berangkat ke Paris dengan pesawat pribadi orangtua Hyun-In.
=reader: huuuu, author sombooong!=
=author: aah, diem lu!=
***

Sekarang, akhir September 2009
Hyun-In menarik nafas dan menghembuskannya dengan lega. "Gila! Pantatku kempes duduk terus di pesawat!" guraunya sambil mendorong trolley berisi koper. Hye-Soo disampingnya tertawa. "Bagaimana rasanya kembali ke Korea, Hyun-In?"
"Seruu! Rasanya aku kangen sekali pada negara ini, padahal aku tak ingat banyak. Hei, aku tak sabar mencoba hanbok yang kau tunjukkan padaku di Paris! Nanti kau bantu aku memakainya ya!"
Hye-Soo hanya tersenyum simpul melihat betapa antusiasnya Hyun-In. Semoga saja semuanya berjalan semulus yang kuharapkan, doa Hye-Soo dalam hati.

Hye-Soo melambaikan tangan saat melihat Hye-Jin di boarding room dan segera berlari memeluknya. "Ya Tuhan.. aku kangen sekali padamu.." bisik Hye-Jin di telinga Hye-Soo yang mendekapnya erat-erat. "Aku juga! Kau pikir bagaimana rasanya menghabiskan tiga tahun berpisah sekian juta kilometer dari pacarmu!?"
Hye-Jin tertawa dan mengacak rambut Hye-Soo. "Hyun-In.. bagaimana?" tanya Hye-Jin melihat Hyun-In yang sibuk mengamati berbagai suasana di depannya seolah ini adalah pertama kalinya ia datang ke Korea. "Dia tidak akan mengingat apapun tentang Rae-Ri. Karena dia sekarang... amnesia..." ujar Hye-Soo membuat Hye-Jin terkesiap.
***

"Hyun-In, ini apartemenmu, kau ingat kan?" tanya Hye-Soo sambil merangkul pundak Hyun-In. Hyun-In mengangguk kecil. "Samar, tapi aku ingat kok. Trims ya Hye-Soo, Hye-Jin," ujar Hyun-In seraya menyunggingkan senyum. Hye-Jin terbelalak. "Kau ingat aku, Hyun-In?" tanyanya agak tidak percaya. Hyun-In tertawa. "Aku tidak amnesia total, jadi aku ingat padamu! Apalagi, setiap hari kau selalu mengontak Hye-Soo, kan?"
Hye-Jin tertawa juga. "Bagus deh, aku marah nih kalau kau tidak ingat pacar sahabatmu sendiri! Nah, sekarang istirahatlah, kau pasti lelah. Nanti malam aku dan Hye-Soo berkunjung lagi kesini,"
Hyun-In mengangguk. "Sekali lagi terima kasih banyak ya, kalian adalah dua sahabatku yang paliiiiiing baik sedunia!"
Tidak berapa lama kemudian, Hye-Soo dan Hye-Jin pamit. Hyun-In masuk ke apartemennya, mengamati setiap jengkal ruangan di dalamnya. Setelah kepalanya agak pusing karena terlalu dipaksakan, Hyun-In memutuskan untuk mandi dan berjalan-jalan sebentar.

Hyun-In melangkahkan kakinya dengan riang menyusuri jalan setapak tak jauh dari apartemennya. Tiba-tiba saja seseorang menabraknya dari belakang hingga ia terjerembab jatuh. "Aduh!" pekiknya terkejut.
"Mi.. Mian, aku tidak sengaja!" orang yang menabrak Hyun-In membantunya berdiri dan tersenyum lega melihat Hyun-In tak apa-apa. "Gwenchana?" tanyanya. "Ne. Gwenchana," sahut Hyun-In sambil membersihkan pasir yang menempel di tangannya.

Ketika Hyun-In mengangkat kepala, ia dan orang itu sama-sama terkejut. "Kau??!" seru mereka bersamaan.

=TBC, TBC, TBC=

Ottoke? Failed? Maap kemampuan saya baru segini doang. Ditunggu krisarnya, biar kelanjutan cerita rada geje ini menjadi semakiiiin indah.. *halah apa sih*
Gomawoyooooo~

6 komentar:

  1. ah..
    kamu bikin cerita aneh-aneh lagi..
    hiakakak

    BalasHapus
  2. ah, gomawoyo pujiannya -_______-
    saya menjadi terinspirasi

    *hahaha, super duper sinisnisnisnisme*

    harusnya aku selipin BGM tauu disitu, tapi gajadi karena lagunya alay dan akan merusak cerita XDD

    BalasHapus
  3. Gyaa~!
    Rae-Ri yg manis itu kok jadi kea gini...!? *diplototin Hye-Jin*
    Keren Onni! ada tentang Hye-Soo sama Hye-Jin-nya jg lagi.. aku tunggu lanjutannya~

    BalasHapus
  4. tuh anna, komen tuh kaya ai, membangun.. kamu mah menghina. sungguh tega :'(

    @ai : iya, Rae-Ri jg ngomel2 gara2 dikasih peran kayak gini.. dan author sndiri nangis bombay wkt ngetik paragraf awal.. *jiah amit-amit lebaynyaa*
    tp tenang saja, tamie alergi menciptakan sad ending ^^

    BalasHapus
  5. Tamie...
    Onnie-mu *padahal cuma beda 2 minggu ultahnya* datang yeah..*terjun dari pesawat* *mati dong* *geje*
    Awalnya keren tuh haha..
    Ga nyangka bakal terjadi BIG BANG haha...*tabrakan maksudnya*
    Btw,si Hyun-In tuh beneran amnesia ato ga sih?
    *bingung saia*
    Terus saia penasaran dengan endingnya...
    Siapakah orang itu? Nugu?
    Rae-In kah???

    Ya udah lanjut ja cuy..
    Penasaran saia....

    BalasHapus
  6. haha, beneran amnesia unn.
    tapi ga total, jd dia masih inget Hye-Soo sm Hye-Jin, soalnya 2 org ntu yg plg deket sama Hyun-In..

    yg nabrak ituuuu... siapa ya? belon kepikiran euy *dijitak unnie*
    sabar ya, part selanjutnya akan segera dirangkaii.. muhahahaha *ketawa geje*

    BalasHapus

makasih yg udah mau nyasar eh, mampir kesini.. makasih juga buat komentarnya, jgn bosen-bosen yaa :D

..kunjungan para tetangga..