..secuil tentang sayaa..

Foto saya
hoooi, nama saya Aisha L. Tamara Jinki Setiawan Yong Dae, tp cukup panggil saya tamie. el juga boleh, ONEW apalagi, hehe. pecinta sepakbola, badminton, korea, novel, musik, SBY, daan segala sesuatu yg asik, seru, serta menyenangkan. yup, sekian ^^

..baca..

..baca..
Aerial by Sitta Karina

..ngupingin..

..ngupingin..
Ring Ding Dong by SHINee

26 November 2009

Third Chapter

Annyeong haseyo~
Saya kembaliii, setelah sekian lama menghilang dari peredaran (?) dan kali ini muncul membawa chapter ketiga RFS saya, hohoho. Mian kalo nunggu lama, author disibukkan sama segala macam tetek bengek di sekolahnya, hehe. *berasa banyak yg nungguin* *harus, kalo ngga author nangis darah seember trus mogok kerja setaun*

Oh iya, saya juga mau ngucapin makasih buat temen saya yang tengil abis, Niyul Ucup Wekwek. Hoho. Makasih novelnyaaa, tau aja deh gue pengen itu novel. Tengso Cup! Kaga ape-ape kadonya telat, yg penting utuh en iklas, betul?
Nah, daripada kelamaan, sijak hagetseumnida! ^^
NB: dimohon komen, kritik, saran, apa lah terserah, setelah anda membaca part ketiga dibawah ini.. okeh okeh? pliiiiiiiiis *muka melas* gomaweo chingu :)




-Flashback chapter-
Hyun-In bertemu dengan orang yang menabraknya tiga tahun lalu, Kim Soo-Ki. Sejak pertemuan pertama--setelah tiga tahun--, keduanya sudah sangat akrab, bahkan Hyun-In merasa dia jatuh cinta pada Soo-Ki. Hye-Jin dan Hye-Soo juga merasa lega karena berpikir dari sini babak baru hidup Hyun-In dimulai. Tapi, sebelum babak baru itu bergulir, Rae-Ri muncul kembali di depan Hyun-In meski mereka sama-sama tak mengenali..




Chapter 3

"Hyun-In~a, ada sesuatu yang harus kukatakan padamu..." nada bicara Hye-Soo berubah serius. Gerakan Hyun-In yang sedang asyik ngemil terhenti.
"Apa?"
Hye-Soo menghembuskan nafas. Ada keraguan yang membuncah di benaknya. Haruskah ia beberkan kenyataan itu sekarang? Bagaimana reaksi Hyun-In nantinya?
"Hye-Soo~a, ada apa? Cepetan dong, aku pingin ke kamar mandi, nih," Hyun-In meringis membuat Hye-Soo yang sudah susah payah menciptakan suasana tegang itu menahan tawa. "Jadi begini yaaaa..." Hye-Soo buka suara. Mata Hyun-In membulat penasaran, membuat Hye-Soo semakin geli.

"Mwooooooo?" teriak Hyun-In gemas, setelah melihat Hye-Soo malah cengengesan. Hye-Soo berdehem sebentar sebelum melanjutkan, "Rae-Ri itu.. sebenarnya dia.. laki-laki.."

"Hah?" Hyun-In melongo dengan sukses.
***

"Kau tidak menceritakannya?" tanya Hye-Jin dengan ekspresi bingung. Hye-Soo mengangguk. "Kenapa wajahmu malah jadi kusut?" balas Hye-Soo. "Tidak.. Aku hanya heran saja.. Aku pikir kau tidak akan sanggup menahan diri untuk tidak membongkar semuanya pada Hyun-In!"
Hye-Soo tertawa. Hye-Jin merengkuh tubuh Hye-Soo lalu menyibakkan anak rambut yang terurai di kening gadis itu.
"Sekarang ini kita masih bisa berkelit, tapi takkan lama. Kau harus siapkan jawaban untuk menangkis serangan pertanyaannya.."
"Tenang saja, aku kan tidak menghadapinya sendirian.." sahut Hye-Soo lalu mencubit pelan hidung bangir Hye-Jin. Hye-Jin termenung sejenak sebelum menjitak kepala kekasihnya itu. "Sialan!" umpatnya lalu tertawa.

Hyun-In menonton adegan itu dari balik dinding pembatas dengan senyum getir. Ia tak bisa mendengar pembicaraan Hye-Soo dan Hye-Jin, tetapi satu hal yang dia tahu, Hye-Soo terlihat begitu bahagia bersama Hye-Jin. Hyun-In iri, karena selama tiga tahun pasca kecelakaan, ia tak pernah bisa merasa sebahagia itu... kecuali saat ada Soo-Ki.

Senyum Hyun-In merekah mengingat sosok pemuda yang mengisi ruang kosong di lubuk hatinya itu. Sejak bertemu Soo-Ki, Hyun-In merasa dirinya komplit, dan utuh. Saat bersama Soo-Ki, Hyun-In merasa lebih bebas menjadi dirinya sendiri. Wajah Soo-Ki, matanya yang bening dan cerdas, senyumnya yang ramah, suaranya yang tegas berwibawa, tawanya yang merdu... Semuanya melekat dalam benak Hyun-In. Mungkin memang dia... Satu-satunya orang yang bisa membuatku merasa sempurna..
***

"Besarnyaaaaa!" seru Hyun-In. Matanya tak bisa berhenti menatap sekeliling gedung yang luar biasa besar dihadapannya. Sekarang ini, Hyun-In dan Soo-Ki sedang berada di halaman utama Seoul National University, universitas paling prestisius di Korea. Dan berkat latar belakang pendidikannya yang memuaskan, Hyun-In berhasil menceburkan diri kesini.

"Luar biasa! Benar-benar universitas yang luar biasa! Kau hebat sekali bisa masuk sini dengan beasiswa!" ujar Hyun-In pada Soo-Ki dengan tatapan takjub yang tulus. Soo-Ki tertawa. "Kau cerdas, Hyun-In ssi. Kau juga berkesempatan mendapatkannya,"
"Oppa bisa saja," gelak Hyun-In. "Tapi.. Gomawo," Hyun-In menyunggingkan senyum yang selalu berhasil membuat Soo-Ki panas dingin. Tiba-tiba...

"Hyun-In ssi?" panggil seseorang. "Rae-Ri hyung?" seru Hyun-In kaget. "Kau.. Bagaimana caranya kau ada disini?"
"Aku? Aku mahasiswa disini," ujar Rae-Ri sambil menyibak rambutnya yang tertiup angin. Gayanya mengingatkan Hyun-In pada Xiah DBSK.
"Kau bersama... Soo-Ki hyung?" Rae-Ri menoleh ke arah Soo-Ki dan mengulurkan tangan pada seniornya itu. Soo-Ki tersenyum lalu membalas uluran tangan Rae-Ri. "Hyun-In ssi, kau juga kuliah disini? Ambil jurusan apa?" tanya Rae-Ri antusias.

Hyun-In mengangguk. "Aku mengambil jurusan Korean Culture. Sayangnya aku tidak bisa bareng Soo-Ki oppa, dia mengambil jurusan Korean Philosophy.."
"Kau tidak bareng Soo-Ki hyung, tapi kan bareng aku.. Aku juga ambil Korean Culture," Rae-Ri nyengir. Hyun-In membelalakkan mata, kaget bercampur lega. "Oh, syukurlah! Aku tidak benar-benar sendirian, dong!"
Soo-Ki sedikit terkejut mendengar jurusan yang diambil Rae-Ri, dan tiba-tiba saja muncul sebersit rasa cemburu di dadanya, namun masih bisa ia tahan. Ia berusaha berpikir positif bahwa Hyun-In dan Rae-Ri hanya akan menjadi teman satu fakultas.. yang akan menghabiskan sebagian hari bersama...

~~Butterfly, neoreul mannan chut sungan~~ Nooni beonjjeok meori ssal, belli ding dong oolleosseo~~
Ringtone ponsel Soo-Ki berbunyi heboh. "Permisi," Soo-Ki pamit untuk menerima telepon. "Jeoseumnida," sahut Hyun-In dan Rae-Ri berbarengan.

Beberapa saat kemudian, Soo-Ki kembali dengan wajah menyesal. "Hyun-In ssi, jeongmal mianhae. Aku harus pergi sekarang juga, padahal urusanmu disini belum selesai. Aku tidak bisa mengantarmu pulang.. Bagaimana, ya?"
Hyun-In cemberut. Waduh, gawat kalau dia harus pulang sendiri pakai angkutan, bisa-bisa tengah malam nanti dia baru sampai rumah. Hyun-In memang jadi lupa total pada jalanan Korea setelah hidup tiga tahun di Paris.
"Hm, baiklah, algesseoyo. Nanti aku bisa minta dijemput Hye-Soo," Hyun-In tersenyum menenangkan.
"Tidak usah, bareng aku saja! Kita searah kok," tiba-tiba Rae-Ri nimbrung. "Mwo?" ulang Soo-Ki sambil memicingkan matanya curiga. "Dengar ya namdongsaeng. Aku tidak akan membiarkan yodongsaeng-ku ini pergi bersama orang yang baru dikenalnya. Berbahaya, tahu!"

Rae-Ri tertawa pelan. "Tenang hyung, aku benar-benar hanya ingin mengantarnya pulang. Tak ada maksud lain, sumpah!" Rae-Ri mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya bersamaan. Soo-Ki menghela nafas, menoleh pada Hyun-In. "Goenchanayo, Hyun-In ssi?"
Hyun-In mengangguk. "Goenchanayo, Oppa. Percayalah, aku akan pulang dengan selamat."
Akhirnya, walau setengah hati, Soo-Ki mengizinkan Rae-Ri mengantar Hyun-In pulang.
***

Malamnya...
Sudah nyaris satu jam Soo-Ki menunggu di seberang jalan apartemen Hyun-In, tapi belum juga ada tanda-tanda gadis itu tiba. Soo-Ki gelisah, terlebih ponsel Hyun-In tidak aktif. Pasti mati, Soo-Ki ingat betul Hyun-In mengeluh ponselnya lowbat ketika ia mengantarnya ke SNU tadi pagi.

Tepat satu jam, akhirnya Hyun-In muncul. Wajahnya terlihat sangat lelah, namun tersirat gurat-gurat rasa puas. Entah apa yang dilakukan Hyun-In dan Rae-Ri seharian tadi. Soo-Ki memukul setir mobilnya, meluapkan sedikit emosi yang mendadak menggelegak memenuhi kepalanya. Kali ini, sangat terasa, bahwa kehadiran Rae-Ri akan menjadi jembatan pemisah antara Hyun-In dan dirinya, yang bahkan terekat pun belum...

=TBC, TBC=




Jah, panjang bener yak? Kesepuluh jari saya langsung seksi inih, dipake mijetin kibor mulu dari tadi, hoho *apaan sih ni bahasa, norak banget*
Udah ye, saya pamit dulu.. ditunggu komennya, awas deh kalo lupa.. *mamerin bogem ala preman tanah abang*

6 komentar:

  1. Huehehehe...
    Jadi triangle love ya??
    Ga nyangka Rae-Ri jadi baek gitu,
    Tapi kok aku ngerasa si Soo-Ki bakal ngelakuin hal-hal nekat buat dapetin Hyun-In ya? Cuma perasaanku aja lo..

    Aish~ si Hye-Jin ngejitak lagi! Bener-bener tu orang!

    BalasHapus
  2. yah, begitulah adanya, hohoho
    belum sampe klimaks cerita, mgkin di chapter 4/5 baru mulai *maklum, author ribet sendiri sih*

    yaaa, sebetulnya perasaanmu tidak sepenuhnya salah, hoho..

    haha, hayolo Jiiin, kena omel deh lo! *ditendang Hye-Jin*

    BalasHapus
  3. Ohh..!
    Emang kira-kira ini sampe chapter berapa?

    Weeeh... gitu? Waah~ ga sabar baca lanjutannya,
    Jah! Anaknya kabur sebelum diomelin... *ngejer Hye-Jin*

    BalasHapus
  4. rencanaku, skala sepuluh aja deh, jgn kepanjangan..
    tp gatau kalau trnyata kenyataan tidak berpihak *apa sih mie*

    hiaaaaa! Hye-Jin curaaaaang! *ikutan ngejar*

    BalasHapus
  5. ah kamu, jangan sering posting di blog, bisa diakuin ceritanya sama pihak yang ngga bertanggung jawab..
    coba mie post di situs yang khusus buat ng post novel buatan sendiri gitu.. fanfic juga bisa.. tapi aku lupa situsny apa..

    BalasHapus

makasih yg udah mau nyasar eh, mampir kesini.. makasih juga buat komentarnya, jgn bosen-bosen yaa :D

..kunjungan para tetangga..